Entri Populer

Rabu, 05 Oktober 2011

Kisahku Dan Mahapatih Gajah Mada

Mahapatih Gajah Mada
Kisahku .. & Kerumitan Sebuah Legenda Yang Tak Kunjung Tersampaikan  Ke Layar Kaca

By Dede Loo
             Siapa tidak tahu dengan tokoh legenda yang teramat sangat akrab dari semasa kita duduk di bangku sekolah dasar dulu. Wajahnya selalu menghiasi banyak dari beberapa versi buku cetak sejarah perjuangan bangsa. Adalah Gajah Mada, seorang pejuang yang dikenal sebagai Bapak pemersatu bangsa di Nusantara ini. Dia hidup pada era keemasan Kerajaan Termashur Majapahit. Menurut beberapa sumber dia adalah rakyat jelata yang tidak punya darah ningrat sama sekali, yang kemudian menjadi bekel, sebuah jabatan kecil di istana yang setingkat prajurit. Karena dia ulet, pintar dan tentu saja berbakat, akhirnya murid dari Naga Baruna ini berhasil menjadi seorang Mahapatih yang memimpin expedisi hingga ke manca Negara dengan membawa ratusan ribu tentara melintasi lautan luas, demi menaklukan negeri-negeri berhampiran untuk mempersatukannya di bawah panji gula kelapa (dalam hal ini melambangkan merah dan putih) di bumi Nusantara.
Sumpah palapanya sangat terkenal sekali, demi merealisasikan ambisinya untuk mempersatukan Nusantara, dia rela untuk meninggalkan kebahagiaan duniawi. Beliau mengabdi untuk Majapahit hingga usia tuanya, untuk kemudian Beliau meninggalkan keduniawian untuk bertapa di sebuah air terjun di wilayah Probolinggo, Madakari Pura di kaki Gunung Bromo. Sampai dengan detik ini tidak ada sumber yang memastikan keberadaan makam orang terkenal ini. Beberapa sumber menyatakan bahwa Gajah Mada moksa, beliau meninggalkan dunia tanpa kematian, atau hilang raga namun semangat dan jiwanya masih ada hingga saat ini.
Sebuah perkumpulan yang menyebut diri mereka rumah Produksi mencoba untuk mengangkat legenda ini kesebuah karya film dan sinetron kolosal. Mereka memulai kegiatan untuk membedah dan mengangkat Gajah Mada sejak tahun 1996, dimulai dari tempat asal gajah mada yaitu daerah jawa timur kemudian berpindah, berpindah dan berpindah. Tahun demi tahun berganti hingga pada tahun 2006 tepatnya bulan Febuari, saya bergabung ke dalam komunitas ini.
Sedikit mengungkit kisah hidup saya, sedari kecil saya sangat menyukai cerita silat, termasuk nonton film-film yang beradegan laga apa lagi jikalau menggunakan kostum tradisional dan terbang kesana-kemari… itu sangat menarik bagiku. Biasanya itu adalah sebuah khayalan anak-anak yang kemudian akan sirna dan berganti dengan hobby lain yang lebih masuk akal ketika dewasa nanti. Namun tidak dengan diri saya…, semakin beranjak umur maka semakin penasaran akan hal-hal tersebut, terinspirasi film silat dari indonesia dan hongkong saya pun tidak henti mencari informasi melalui buku maupun media lain mengenai hal-hal apa saja yang ada di dalam cerita tersebut termasuk sejarah yang terkandung di dalamnya. Saya mempelajari beladiri dan sangat suka membaca buku sejarah.
Saya meneruskan pendidikan ke negeri jiran setelah tamat SMK, mungkin terinspirasi hal diatas juga maka bakat seni saya juga hidup, berawal suka menyanyi akhirnya di negeri tetangga ini saya selalu ikut lomba nyanyi di Mall-mall. Hingga pada suatu ketika saya di hampiri oleh 2 orang pria yang mengaku dari sebuah agency modeling. Dia meminta saya untuk datang ke kantornya keesokan harinya. Setelah saya sampai mereka menawari saya untuk mengikuti Mr/Ms Valentine 2004. Saya sempet menolak karena saya tau itu dari pamphlet yang ada di hampir semua sudut kota penang, kalau pemilihan itu melalui audisi dan menurut cerita orang sudah hampir 2500 orang mendaftarkan diri. Namun mereka maksa saya untuk ikut tanpa jalan audisi dan langsung menjadi salah satu dari 12 orang Grand Finallis pria, dengan alasan wajahku memiliki kelainan dibandingakan wajah cowok melayu local. Aku menyetujuinya.
Akhirnya acara di gelar pada 14 Febuari 2004 setelah seminggu saya digodok untuk berjalan di cat walk dan berpose untuk pemotretan. Sebelumnya kira-kira sebulan sebelum hari H, saya sempet di bawa kesana dan kemari bersama ke-23 finalis lain (kita berpasangan) untuk sesi pemotretan yang dilakukan di beberapa tempat berbeda dari indoor dan outdoor sampai ke hutan-hutan.
Setelah acara selesai saya dilanjutkan kontrak dengan sebuah perusahaan perawatan kecantikan terkemuka di sana, aku di kontrak mulai 28 feb 2004 hingga 28 feb 2005. Sepanjang keterikatan saya tersebut saya sangat sibuk untuk kegiatan modeling di catwalk maupun menyanyi. Hingga suatu saat saya harus kembali ke tanah air pertengahan 2005. Karena ternyata saya enjoy melakukan kegiatan diatas akhirnya aku ingin mengulangi nya di negeri sendiri. Saya tidak tahu betapa ini sangat berbeda dari semua hal yang aku alami di negeri jiran itu. Saya berkali-kali di tipu oleh agency modeling di Indonesia dan juga production house. Hingga pada bulan Febuari 2006 saya dipertemukan dengan sebuah tempat yaitu kawasan hutan buatan CIFOR (Center International Forest Research) yang berada di desa Sindang Barang Jero, Dramaga Bogor.
Ketika itu saya datang sekitar jam 10 pagi, udara disana lumayan segar karena di tengah hutan, saat mobil berhenti dan saya keluar, saya sempat terpegun karena ada sebuah bangunan Istana kerajaan jawa di depanku, saat itu istana itu masih sebuah balai besar beratap joglo dengan sedikit ornament jawa trandisional khas sinetron silat. Di depan set istana itu saya lihat ada beberapa orang pemuda tanggung yang sedang berlatih bela diri. Mereka Nampak kucel dan kotor mungkin karena setiap hari harus berlatih di lapangan dengan fasilitas yang seadanya.
Saya diperkenalkan kepada seorang yang sangat karismatik dimata saya, dia adalah Renny Mursantio Masmada. Kita biasa memanggilnya Om Renny atau Renny Masmada, orangnya berpembawaan kalem, kebapakan  berwibawa dan murah senyum. Beliau adalah penggagas dari semua ini, semua cerita Gajah Mada ini, dia juga adalah orang yang paling mengerti tentang pahlawan besar ini, sudah puluhan tahun beliau melakukan reset untuk ini. Saat itu tampangku yang masih lumayan fresh, baru pulang dari negeri orang yang memiliki fasilitas bagus didalamnya serta perawatan diri yang rutin, aku mendapatkan sebuah peran setelah saya melalui casting. Saat itu saya mendapatkan peran sebagai Toa Lun, seorang pendekar kitai nagari (China) yang datang bersama ke 5 rekannya untuk membunuh Tribuana Tungga Dewi atas dasar penganiayaan yang dilakukan Kertanegara terhadap paman seperguruan mereka dimasa singosari yaitu Meng-Chi yang di potong kupingnya. Ya.. kita di casting untuk kesatria yang ternyata salah menagih hutang istilahnya. Saya gembira sekali karena saya membawa pulang sekenario yang juga ditulis oleh S.Tijab yang berisi ratusan halaman, saya juga gembira karena saya sudah tanda tangan kontrak untuk beberapa episode awal, dan untuk episode yang rencana totalnya 356 episode itu akan menyusul kemudian.
Saat itu saya tinggal di Cibubur, karena setiap hari harus datang untuk berlatih kung-fu dan reading sekenario maka aku memutuskan untuk pindah ke Bogor, saya tinggal berhampiran dengan lokasi istana Majapahit dan komplek lokasi shooting sinetron kolosal ini. Hari demi hari aku lalui seperti anak sekolah, pagi jam 07:00 aku datang ke ballaiurang (begitu kita meyebut bangunan utama set Istana Majapahit yang menyerupai pendopo raksasa ini) untuk belajar demi mendapatkan hasil yang baik saat take shoot nanti.
Dari Cuma belasan orang yang tergabung di sini hingga ratusan orang, karena penduduk sekitar juga ikut dilibatkan dalam Produksi mega kolosal ini. Suasana saat itu memang sangat menyenangkan, dekat dengan masyarakat yang hangat, semaua terasa seperti keluarga. Semua ada disini, ada gembira, ada tertawa ada juga kesedihan campur aduk jadi satu. Terkadang ada juga artis yang sudah punya nama datang ke lokasi dan juga ke kantor kami yang saat itu bernama PT. HMP Numismatic Indonesia Film Production.
Hari berganti hari, para pemain yang foto dan nama peran sudah terpampang di dinding kantor PH ini sudah terkumpul semua dilokasi mengikut schedule, akhirnya soft launching digelar di IPB bogor. Kemudian lagu tema yang dibuat sangat bersemangat dan indah menggelegar gagah oleh musisi kenamaan Indonesia Areng Widodo pun ikut diperdengarkan berkali-kali di lokasi. Suasana riuhnya shooting sudah sangat dekat, aku tidak sabar untuk menggunakan kostum seorang kesatria China dan membawa sebilah pedang. Aku terbayang untuk melakukan adegan di salah satu scene yaitu saat saya bertempur dengan Ra Kembar (diperankan oleh Torro Margens) di depan Istana Majapahit.
Hari dimana take pertama dimulai, saat itu pengambilan gambar secara random, tidak berurutan karena untuk membuat sebuah trailer terlebih dahulu. Ternyata shooting itu menyenangkan tapi juga capek bukan kepalang, dari subuh ketemu subuh.., makan nasi kotak yang kadang sudah membeku, mata mengantuk tapi masih memakai make up tebal di malam hari dengan wig yang membuat kepala gatal. Saat shoot siang hari ketika lapar atau haus dan ingin jajan di tepi jalan maka saya harus berjalan dengan pakaian ala peran saya ke jalan depan untuk membeli es cendol, maklum kan gak punya asisten.
Sampai pada suatu ketika shooting tiba-tiba berhenti, saya tidak tahu apa penyebabnya, namun beredar kabar yang kurang enak di dengar, tapi saya tidak peduli dalam hati hal semacam ini hanya membuat semangat saya turun saja. Di saat senggang tidak ada shooting saya dan yang lain sering bertandang ke lokasi dan bertemu dengan Om Renny untuk mendengarkan cerita-cerita dari beliau, terkadang kita menyanyi bersama dengan mendendangkan lagu yang beliau ciptakan. Perlu diketahui Renny Masmada adalah seorang multi talent dari sendi peran, teknik perfilman, teater, penulis, penyanyi dan pencipta lagu…
Setelah beberapa lama vacuum, akhirnya shooting dimulai lagi, peralatan shooting pun kembali datang ke lokasi, lampu-lampu besar, kamera, serta kuda-kuda sudah mulai dilatih kembali. Anak-anak, ibu-ibu, Bapak-bapak bahkan ternak dari masyarakat sekitar juga dilibatkan shooting kali ini. Ramai sekali, menyenangkan dan hangat. Tidak terasa tahun sudah berganti, aku terbuai, banyak temen, saudara baru dan pengalaman yang aku dapat. Namun saya lupa tujuan awalnya. Ya tujuan awal adalah pembuatan sebuah mega sinetron kolosal dengan judul “Mahapatih Gajah Mada” dengan dana yang tidak sedikit. Sudah sekian lama sinetron ini juga belum bisa ditayangkan karena berbagai masalah yang harus direvisi. Terkadang apa yang menurut kita bagus dan keren, menurut penonton dirumah itu tidak enak dilihat. Sinetron ini memang lebih mengedepankan intrik politik dan sejarah yang ada di kisah Gajah Mada, namun tidak sedikit pula menyuguhkan adegan laga yang fantastis, namun produser bersabda bahwa sinetron ini tidak akan menampilkan adegan terbang yang berlebihan dan juga tidak menampilkan adegan laga yang menggunakan banyak effect visual, jadi agak menantang arus memang.
Namun tidak lama kemudian shooting kembali berhenti, orang-orang satu persatu meninggalkan lokasi, desa Sindang Barang Jero yang biasanya ramai sekali di datangi orang, baik itu yang ingin ikut shooting walau hanya sebagai figuran yang harus berlarian di kejar bandit di pasar dengan honor hanya 35ribu maupun yang hanya ingin melihat seperti apa sih shooting sinetron itu, atau ah… kaya apa sih rupa artis ini jika di lokasi. Secara tidak langsung tempat ini sudah seperti Hollywood-nya kota Bogor, karena banyak sekali film dan sinetron yang mengambil lokasi ini sebagai set. Penduduk sekitar juga di untungkan karena kontrakan mereka penuh, yang tadinya tidak buka warung jadi punya warung.
Tempat ini terus naik dan turun, terkadang shooting nanti break lagi lama, begitu seterusnya hingga suatu saat shooting ini benar-benar berhenti, sungguh malang nasib pemain-pemain muda dari daerah yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka rela pindah sekolah demi terlibat Produksi ini, namun Produksi harus berhenti ditengah jalan. Tentu saja ini meninggalkan beban mental bagi mereka, pasti di ejekin temen di sekolah dan ini … dan itu…, kini penduduk Majapahit di lokasi ini semakin berkurang, sudah tidak ada lagi anak-anak berlatih silat depan istana buatan ini, tidak ada lagi ocehan-ocehan lucu dari salah satu penata make up yang biasanya bikin suasana heboh. Satu persatu pergi, dan tinggal segelintir saja, production house ini dengan pemilik tanah yang di sewakan untuk shooting pun kabarnya ada konflik mengenai pembayaran, demikian juga para pemain yang punya banyak hutang di warung-warung sekitar membuat warung-warung ini tutup. Ini bener-bener mengenaskan, kondisi semakin parah ketika listrik di lokasi di cabut PLN, rasa percaya yang aku tanam di sana pun mau tidak mau harus meleleh dan mengalir ke danau situ gede, sebuah danau di lokasi shooting yang menyimpan banyak kenangan indah di sana buat saya.
Dalam hati kecil saya sangat sedih, bukan masalah karena gagal tayang atau gagal jadi artis laga, namun semua orang sudah tidak ada di sini, aku bukan orang asli kampong ini, aku mulai berpikir untuk melompat namun tidak tau harus kemana. Tampang ku yang awalnya lumayan bersih dan cling dengan isi dompet tidak pernah nihil, handphone yang keren kala itu, kini tidak punya apa-apa lagi, boro-boro hape, baju yang mahal pun kini keliatan seperti gembel karena air yang jelek untuk mencuci, tidak ada biaya perawatan lagi, rambut aku tidak terawat, semua terbalik…. Bahkan barang-barang aku sempet ada yang hilang entah kemana…, berat badan aku turn belasan kilo.
Saya berpikir lagi, kenapa aku begitu jauh terperosok, namun pengalaman yang aku dapat teramat tidak ternilai harganya, karena tidak semua bisa merasakan pengalaman seperti ini, saya yakin penggagas program ini pun tidak bermaksud menterlantarkan kita semua. Semoga saja.
Saya pindah ke tangerang saya mulai bekrja di sebuah perusahaan televisi berbayar, kemudian setahun berikutnya saya pindah kerja di perusahaan Taiwan, ini sebuah pabrik sepatu, dengan kemampuan bahasa mandarin ku aku di terima sebagai salah satu staff department di sana.
Dalam benak saya, semua hal yang aku ceritakan diatas sudah seperti mimpi panjang yang bisa aku share ke orang-orang yang aku kenal setelahnya. Beberapa kali juga saya mendengar dan mendapat panggilan dari temen-temen yang masih ada di Produksi itu bahwa mereka akan memulai Produksi lagi, kali ini di tempat lain, di pulau Bali, saya tidak memperdulikannya karena saya sibuk bekerja yang jelas-jelas memberi saya penghasilan. Kabar bubar dari Bali pun sampai di telingaku, dan datang kabar mulai Produksi lagi kali ini dari pandeglang dengan orang-orang yang sama namun banyak orang-orang baru, namun hal ini juga tidak lama dan kemudian menghilang lagi entah kemana.
Jikalau di urut dari jaman pertama kali di gagas, pembuatan sinetron kolosal ini pertama mau dibuat dan diusahakan pembuatannya tahun 1996, bayangkan saat itu aku masih kelas 3 SMP, dan aku bergabung 11 tahun kemudian, 2 tahun kemudian aku tinggalkan kegiatan itu hingga saat ini sudah 2011 akhir, jadi sudah hampir 5 tahun saya meninggalkan Gajah Mada dan mereka sudah berpindah, memulai shooting baru kemudian bubar lagi, dan pindah lagi dan bubar lagi begitu seterusnya bahkan munkin hingga hari ini. Karena saya masih membaca berita baru mengenai Produksi hal yang sama entah itu dari orang lama atau orang baru. Bayangkan sebuah sinetron dibuat dari 1996 hingga 2011 totalnya sudah 15 tahun belum selesai, dan belum tayang juga.. pemain berganti ratusan kali dan sebagainya… dan sebagainya.
Sekarang keadaanku jauh lebih baik dari saat itu dulu, aku hidup sebagaimana masyarakat pada umumnya, pagi ke kantor dan sore pulang, awal bulan terima gaji dan begitu seterusnya, ini membuat saya lebih berarti dari pada harus mengejar mimpi yang tidak pasti. Kalau harus dituruti mau sampai kapan? Sampai detik ini saya juga tidak tahu mengapa kisah Gajah Mada sangat sulit untuk dikemas dalam bentuk film, pertunjukan dan sejenisnya, mungkin untuk buku sudah banyak diterbitkan,,akan tetapi karya dalam bentuk film, sinetron dan sejenisnya selalu gagal di tengah jalan. Munkin ada misteri tersembunyi dibalik itu semua, atau mungkin pahlawan ini tidak nyata atau bahkan beliau Gajah Mada yang moksa ini melihat kita? Beliau merasa tidak pantas? Sehingga semua di gagalkan? Atau memang karena tidak ada keseriusan dari para sineas kita untuk membuatnya menjadi sebuah maha karya… , karena mungkin mereka beranggapan dana yang dibutuhkan akan sangat mahal, makanya lebih baik membuat sinetron abal-abal saja yang penting TV ada gambarnya, atau bikin film hantu saja yang penting bioskop ada film Indonesianya.
Terus kalau begitu kapan kita punya film seperti Chrouching Tiger Hidden dragon? Atau Hero atau sinetron semacam Dong Yi..? semuanya kembali ke diri kita masing-masing. Semoga cerita ini menjadi pembelajaran bagi para pembaca yang bercita-cita menjadi penghibur, tidak halus jalannya dan tidak semua orang bisa ketemu jalan itu, dan juga para insan film semoga terinspirasi agar punya niat tulus untuk mengangkat Beliau sang pemersatu bangsa ini menjadi sebuah maha karya agar dapat bercerita dengan jelas, indah dan menarik kepada anak cucu, dan seluruh khalayak di dunia ini kalau Indonesia memiliki seorang pahlawan besar kala itu, dan memiliki kerajaan super berpengaruh kala itu. (Dede Loo, 2011/10/05) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar